Rabu, 08 Januari 2014

Makam Kyai Ageng Kebo Kenongo


Makam Kyai Ageng Kebo Kenongo


Kyai Ageng Kebo Kenongo adalah adik dari Kyai Ageng Kebo Kanigoro yang dimakamkan di desa Samiran lereng gunung Merapi, Beliau anak dari Kyai Ageng Pengging Sepuh yang berjuluk Prabu Sri Mangkurung Handayaningrat, semasa hidupnya beliau mendapat bimbingan ilmu dari Syech Siti Jenar, menikah dengan kakak perempuan Kyai Ageng Butuh dan mempunyai anak Joko Tingkir atau Mas Karebet dan menjadi raja kerajaan Demak Berjuluk Sultan Hadi Wijoyo yang menikah dengan Retno Pembayun putri dari Sultan Trenggono. Kyai Ageng Kebo kenongo meninggal karena penyerbuan pasukan Demak atas pimpinan Sunan Ngudung atau syech jafar sodik atau yang terkenal dengan sebutan Sunan Kudus, menurut serat pitutur beliau meninggal bukan karena dibunuh Sunan Kudus tapi meninggal dengan kehendaknya sendiri karena diberi pilihan yang sangat sulit, ingin keluarganya yang selamat atau dia yang selamat. Sunan kuduspun tidak berhasil membunuh beliau, dengan mengambil jalan kebijaksanaan beliau bersedia mati demi rakyat Pengging dan keluarganya, karena murid Syech Siti Jenar beliau bisa meninggal seperti gurunya dengan cara mengracut jiwanya sendiri, Pengging diserang Demak dalam legendanya dikarenakan beliau mengikuti ajaran Syech Siti Jenar yang dianggap mempunyai aliran sesat, walaupun sebenarnya Syech Siti Jenar sangat menekuni ajaran kemakrifatan yang bisa menerima ajaran tersebut adalah orang-orang yang sudah dalam didalam pergelutan pengolahan rasa dan beliau tidak mengurusi politik karena terlalu sibuk mengurusi rasa untuk mencari jati dirinya yang sejati, tapi sebenarnya itu adalah bahasa politik yang ditiupkan kepada masyarakat untuk mendapatkan dukungan moral untuk melakukan tindakan. Murid Syech Siti Jenar yang menjadi Kyai Ageng hampir tersebar menyeluruh di Pulau Jawa, di takutkan karena pengaruhnya yang luas akan mendirikan kerjaan baru, dan yang menjadi sasarannya adalah Kyai Ageng Kebo Kenongo karena beliau adalah anak keturunan Brawijaya V, yang notabene ditakutkan akan mendirikan Majapahit tahap kedua.

















Makam Pujangga Yoso Dipuro


Makam Pujangga Yoso Dipuro


Makam R Ngabehi Yoso Dipuro terletak di kampung Bendan, Desa pengging, kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa tengah, beliau lahir pada hari Jum'at Pahing tahun 1729 keturunan dari RT Padmonagoro dan RA Siti Mariyam yang pada masa mudanya ayahnya salah satu prajurit dari Sultan Hanyokro Kusumo dan ikut berjuang melawan belanda, karena jasa-jasanya diangkat menjadi bupati Tegal, semasa lahir beliau masih dibungkus plasenta dan lehernya dililiti usus, nama kecilnya Bagus Banjar, Joko Subuh karena lahirnya menjelang pagi, oleh kakeknya Kyai Kholipah Caripu diberi nama Jaenal Ngalim untuk mengenang nama guru ayahnya di Palembang dengan nama Kyai Zainal Abidin, pada usia 8 tahun beliau diantar ke Bagelan untuk berguru kepada sahabat kakeknya yang bernama Kyai Hanggomaya. Selesai berguru pada usia 14 tahun, dan mengabdi ke Paku Buwono II ketika masih di kraton Kartosuro, Pada masa perpindahan kraton ke solo, beliau ditunjuk untuk mencarikan tempat, beliau menunjukkan di desa Sala yang berdampingan desa Tala Wangi tepatnya di rawa-rawa yang dikenal dengan kedung Kol atau dinamakan Kedung lumbu, sekarang namanya menjadi Desa Kedung Lumbu, beliau mengabdi sampai pemerintahan Paku buwono IV. Sebagai abdi dalem kabupaten, beliau bertempat tinggal di kedung Kol atau Kedung Lumbu, sampai sekarang tempat sekitar beliau bertempat terkenal dengan nama Yoso Dipuran.














Makam Kyai Ageng Singo Prono



Makam Kyai Ageng Singo Prono


Makam Singo prono ini terletak di puncak gunung Tugel didesa Nglembu, kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. beliau mempunyai istri yang bernama Tasik Wulan, yang dimakamkan di desa Krisik.. Brawijoyo V mempunyai anak yang ke 29 yang bernama Joko Dandun atau yang terkenal dengan nama Pangeran Bela Belu, ketika bertemu dan belajar kepada Syech Magribi bergelar Syech Bela Belu, menurunkan lagi Kyi Wiro Wongso menurunkan Kyai Wongso Prono ahirnya Sampai Kyai Ageng Singo Prono.




















Daerah petilasan syech Magriby





 Daerah petilasan syech Magriby

 Syech Magriby adalah 9 wali Allah pada jaman penyebaran agama Islam pertama kali di tanah Jawa, menurut sejarah pada masa kerajaan Majapahit atas pemerintahan Browijaya ke V, Beliau seangkatan dengan Syech subakir yang terkenal dengan membuat patok tanah jawa yang diletakkan di gunung Tidar daerah kabupaten Magelang untuk dijadikan tolak  bala atau penghalau bahaya, yang digunakkan sebagai patok atau pancang berupa batu hitam yang diambil dari kerajaan Istambul, Sekarang terkenalnya dengan dengara Irak. Petilasan Syech Magriby ada beberapa tempat, selain di Pantai Parang Kusumo Yogyakarta, di desa Candisari ini adalah salah satunya, daerah ini sangat sejuk karena di lereng gunung Merbabu sebelah timur dengan ketinggian3142 m ditas permukaan laut.